RI Darurat Truk Obesitas – Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) mengungkapkan fakta di beberapa tahun terakhir kondisi keselamatan angkutan darat sangat mengkhawatirkan. Salah satunya lantaran di picu oleh kendaraan Over Dimension Over Loading (ODOL) yang terus lalu lalang di ruas jalan, dan membahayakan pengguna jalan yang lain. Dewan Penasehat MTI, Agus Pambagio, menilai dari aparat kepolisian atas terjadinya kecelakaan selama ini selalu sama, yakni menjurus pada kesalahan supir yang mengantuk, atau di bawah pengaruh alkohol, dan sebagainya.
“Nanti dari Pekerjaan Umum (PU), oh soal gradien jalan, dan sebagainya. Itu saja yang di perhatikan. Tetapi tidak ada upaya untuk mengurangi, karena kejadiannya berulang dengan penyebab yang sama,” Terang Agus dalam konferensi pers MTI di Jakarta. Agus bilang, penyebab terjadinya kecelakaan di ruas jalan tol bukan semata karena supir yang mengantuk. Melainkan juga imbas kecelakaan tabrak dari belakang karena adanya truk ODOL.
Agus Menambahkan, kecelakaan di jalan tol juga selalu terkait dengan kecepatan tinggi, maka terjadilah kecelakaan beruntun. Persoalan yang sama juga terjadi pada bus pariwisata, yang hingga kini Agus bilang juga tidak pernah di selesaikan dengan certam oleh pemerintahan. Ia bilang, tidak ada pihak yang solutif mengurus permasalahan kecelakaan yang di sebabkan ODOL. “Persoalannya (bus pariwisata) biasanya supir tidak cukup istirahat, tidur di bawah kolong tempat bagasi itu. Kemudian, bus pariwisata itu tidak punya rute, jadi hari ini misalnya baru sampai jam 7 malam, jam 9 sudah harus berangkat lagi. Belum lagi kondisi bus dan truk yang tidak pernah di kontrol. Semua ini tidak ada yang mengurus,” beber Agus.
Baca Juga : Peran & Tanggung Jawab Dinas Perhubungan dalam Mengelola Transportasi Publik
Dampak Keluarnya Direktur Keselamatan di Kemenhub
Tahun tahun lalu misalnya, di Kementrian Perhubungan (Kemenhub) terdapat Direktur Keselamatan yang sudah tidak nampak lagi di masa pemerintahan berjalan saat ini. Ia membeberkan, sejak tiadanya Direktur Keselamatan ini, angka kecelakaan meningkat signifikan. “Di Kemenhub, dulu ada Direktur Keselamatan. Sekitar tahun 2020 itu hilang, padahal itulah jantung dari angkutan umum. Semenjak itu kecelakaan tinggi sekali. Ini baru kecelakaan di darat, belum lagi kecelakaan lain, seperti darat itu laut. Terutama di selat penyebrangan contohnya di Labuan Bajo dan sebagainya, itu juga tidak selesai,” tambahnya.
Maka itu, Agus dan pihaknya berharap Mentri Perhubungan (Menhub) Dudy Purwagandhi bisa segera menentukan solusi dari ODOL yang tidak kunjung menemukan titik terang. Hal ini di rasa Agus punya urgensi tinggi, lantaran transportasi menjadi sektor yang rawan, dan apabila bermasalah maka akan berimbas buruk terhadap publik. “Ini sektor yang sangat rawan dan selalu membuat publik susah. Ini (Kemenhub) harus buat statement apa tindak lanjutnya, mau ke mana, kapan, seperti itu ya.” ujar Agus.
Bahkan, Agus dengan tegas memohon kepada Menhub untuk segera melakukan sesuatu yang dapat mengurangi angka kecelakaan akibat ODOL. Hal ini supaya angka kecelakaan yang bahkan sampai menelan korban jiwa. “Kita memohon kepada Kementrian Perhubungan, do something, yang bisa mengurangi kecelakaan sehingga fatality dari masyarakat berkurang. Kita ini masyarakat menunggu akan apa yang di lakukan untuk mengurangi, tidak mencegah. Mencegah masih jauh lah,” tandasnya.